Anda Wanita KATOLIK yang Mau Menjadi Suster ALMA? Bergabunglah bersama kami dalam:
Institut Sekulir ALMA Puteri
Syarat-syarat untukmu yang mau menjadi Suster ALMA:
- Wanita Katolik
- Sudah dibaptis
- Tidak terikat perkawinan.
- Pendidikan minimal SMA/SMK atau Perguruan Tinggi,
- Usia Tidak lebih dari 35 tahun
- Membawa Kartu Tanda Penduduk
- Bebas Hepatitis
- Merasa terpanggil untuk hidup bersama Anak Berkebutuhan Khusus/Orang Berkebutuhan Khusus, miskin dan terlantar
- Kesanggupan untuk hidup sesuai dengan tuntutan hidup dalam ALMA.
- Siap diutus ke mana Gereja membutuhkan
- Bebas Hepatitis.
Menyerahkan:
- Surat lamaran
- Surah keterangan kesehatan dari dokter
- Surat rekomendasi dari Pastor Paroki
- Surat penyerahan dari orangtua
- Fotokopi Surat Baptis
- Surat kelakuan baik dari kepolisian
- Fotokopi Akta Kelahiran
- Fotokopi ijazah terakhir dan daftar nilai
- Pas foto ukuran 3Γ4 sebanyak 3 lembar
Narahubung:
- Sr. Margareta Windayani, ALMA: 082154253522
- Sr. Veronika Idan Wiitn, ALMA: 081335382338
Informasi lebih lanjut hubungi alamat kami: https://almaputeri22.net/contact-us/
Kirim lamaran anda ke: Pimpinan Umum ALMA Puteri. Jl. Terusan Dieng No. 40. Kotak Pos 56. Telp. 0341-576462. Fax. 0341-576462. Email: almaputri2@yahoo.com. Malang. 65115-Jawa Timur-Indonesia.
Baca juga: https://almaputeri22.net/2022/10/24/jejak-kehidupan/
Baca juga: SEBUAH SEJARAH PERJUANGAN KEMANUSIAANhttp://www.bhaktiluhur.org/sejarah/ Romo Janssen yang bernama lengkap Paulus Hendrikus Janssen, terlahir 29 Januari 1922 dari pasangan Paul Hubert dan Maria Hellena Fillot, di kota kecil bernama Venlo, the Netherland. Pada tanggal 11 Mei 1951 Romo Janssen akhirnya tiba di Surabaya sebagai seorang pastor yang mengemban tugas sebagai misionaris katolik yang bertemu dengan Uskup Surabaya, yang menawarkan kepadanya tempat tinggal di Kediri, Jawa Timur.
Romo di Kediri
Pada tanggal 5 Mei 1951 Romo janssen akhirnya tiba juga di wilayah Kediri, tepatnya di sebuah dusun kecil bernama Puhsarang yang terletak kurang lebih 15km dari Kediri kota. Di tempat inilah Romo Janssen mulai bekerja, bukan saja sebagai seorang misionaris, melainkan juga menjalankan misi dan visi social. Untuk kepentingan itu, Romo Janssen memikirkan bahwa bahasa Jawa adalah suatu kunci untuk bekerja dengan masyarakat lokal. Romo mulai belajar bahasa Jawa dari pendahulunya dan masyarakat di sekelilingnya dan pada akhirnya pula dapat berkomunikasi fasih menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai tingkatan.
Situasi dan kondisi masyarakat di dusun-dusun di mana Romo Janssen bekerja, telah menyuguhkan keadaan sosial yang memprihatinkan pada waktu itu, khususnya penyakit, kemiskinan dan kecacatan. Pekerjaan dan panggilan Romo Janssen dalam bidang social semakin kuat dalam dirinya ketika berkeliling di dusun β dusun di sekitarnya, yakni Gringging, Kalinanas dan Kalibago. Begitu banyak orang sakit TBC dan frambosia (koreng). Lebih dari itu ada cukup banyak anak cacat yang amat miskin dan menjadi terlantar.
Untuk orang β orang yang menderita sakit, Romo Janssen harus pulang pergi antara Kediri β Surabaya untuk mendapatkan obat β obatan. Beruntung bahwa di Surabaya juga bertemu seorang dokter yaitu dr.Parijs yang bertugas di Karangmenjangan. Melalui dokter inilah Romo Janssen belajar bagaimana mengobati penyakit frambosia dengan penicillin, berkeliling dan menjumpai si sakit di rumah β rumahnya, meskipun hanya bersepeda ontel. Selengkapnya baca di http://www.bhaktiluhur.org/sejarah/
Semoga semakin banyak yang terpanggil.
Amin.