Hari semua orang beriman.
Hari semua orang beriman dalam tradisi Gereja Katolik seperti yang telah dilansir dari laman Katolisitas yaitu sehari setelah perayaan orang kudus di sebut sebagai hari arwah (All Souls Day).
Gereja menetapakan perayaan ini untuk mengenang dan mempersembahkan doa-doa atas nama semua orang beriman yang telah wafat. Mengingat makna antara keduanya demikian dekat, maka tak mengherankan bahwa Gereja merayakannya secara berurutan.
Setelah kita merayakan hari para orang kudus, kita mendoakan para saudara/saudari kita yang telah mendahului kita, dengan harapan agar merekapun dapat bergabung dengan para orang kudus di surga. Umat Kristiani telah berdoa bagi para saudara/ saudari mereka yang telah wafat sejak masa awal agama Kristen.
Perayaan awal
Dalam perayaan liturgi-liturgi awal dan tulisan di katakomba membuktikan bahwa adanya doa- doa bagi mereka yang telah meninggal dunia meskipun Gereja baru mengeluarkan ajaran detail dan teologi yang menjelaskan praktek ini di abad berikutnya.
Mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42. Di dalam kitab Perjanjian Baru tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus (lih. 2 Tim 1:18) yang telah meninggal dunia. Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga mengajarkan praktek mendoakan jiwa- jiwa orang yang sudah meninggal.
Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat memberikan efek positif kepada jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut.
Dalam Perjanjian Baru
Berhubungan dengan praktek ini adalah ajaran tentang Api Penyucian. Kitab Perjanjian Baru secara implisit mengajarkan adanya masa pemurnian yang umat beriman alami setelah kematian. Yesus mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat di ampuni setelah kehidupan di dunia ini (Mat 12:32). Hal ini mengisyaratkan adanya tempat/ keadaan yang bukan Surga karena di Surga tidak ada dosa; dan bukan pula neraka -karena di neraka sudah tidak ada lagi pengampunan dosa.
Rasul Paulus mengatakan bahwa kita di selamatkan, βtetapi seolah melalui apiβ (1 Kor 3:15). Para Bapa Gereja, termasuk St. Agustinus (dalam Enchiridion of Faith, Hope and Love dan City of God), merumuskannya dalam ajaran akan adanya pemurnian jiwa setelah kematian.
Pada hari-hari awal, nama-nama jemaat yang wafat dituliskan di atas plakat diptych. Di abad ke-6, komunitas Benediktin memperingati jiwa- jiwa mereka yang meninggal pada hari perayaan Pentakosta.
Perayaan hari arwah semua orang beriman menjadi peringatan universal, di bawah pengaruh rahib Odilo dari Cluny tahun 998, ketika ia menetapkan perayaan tahunan di rumah- rumah ordo Beneditin pada tanggal 2 November, yang kemudian menyebar ke kalangan biara Carthusian. Sekarang Gereja Katolik merayakannya pada tanggal 2 November, seperti juga gereja Anglikan dan sebagian gereja Lutheran.
Dari keterangan di atas, tidak ada bagian yang menyebutkan mengapa memilih bulan November dan bukan bulan- bulan yang lain. Namun, jika kita melihat kepada kalender liturgi Gereja, maka kita mengetahui bahwa bulan November merupakan akhir tahun liturgi sebelum Gereja memasuki tahun liturgi yang baru pada masa Adven sebelum merayakan Natal (Kelahiran Kristus).
Maka sebelum mempersiapkan kedatangan Kristus, kita di ajak untuk merenungkan terlebih dahulu akan kehidupan sementara di dunia. Tentang akhir hidup kita kelak, agar kita dapat akhirnya nanti tergabung dalam bilangan para kudus di surga.
Ajakan Gereja
Gereja juga mengajak untuk merenungkan makna kematian, dengan mendoakan para saudara- saudari kita yang telah mendahului kita. Pada bulan November ini, bacaan- bacaan Misa Kudus adalah tentang akhir dunia. Maksudanya untuk mengingatkan kita tentang akhir hidup kita yang harus kita persiapkan dalam persekutuan dengan Kristus.
Harapannya dengan merenungkan akhir hidup kita di dunia, kita akan lebih dapat lagi menghargai Misteri Inkarnasi Allah pada hari Natal. Ini memungkinkan kita untuk dapat bergabung dalam bilangan para kudus-Nya dalam kehidupan kekal di surga.
Perayaan Ekaristi Hari Semua Orang Beriman.
Rabu, 2 November 2022 pkl. 17. 00 WIB, ALMA Putera dan ALMA Puteri secara khusus mengadakan perayaan ekaristi. Ini untuk mengenang arwah semua orang beriman yang telah meningggal. Perayaan ini berlangsung di Kapel Santo Vinsensius a Paulo Bhakti Luhur, Jln. Terusan Dieng No 40 – Malang. Pembina rohani ALMA, Romo Benediktus Adi Saptowidodo, CM mempersembahkan perayaan ekarisiti ini. Seluruh angggota ALMA mengirim nama-nama anggota keluarga yang sudah meninggal dan terkumpul lebih dari 1.000 nama. Dalam rencana awal, pkl. 16. 30 WIB, akan ada doa rosario bersama di makam Bapak Pendiri, Romo Paulus Hendrikus Janssen CM. Setelah itu pembakaran intensi. Akibat hujan deras, sehingga rencana tersebut terlaksana di dalam kapel.
Sebelum memulai perayaan ekaristi, teman-teman dari Komunitas Halimun bertugas untuk memimpin doa rosario. Daftar nama-nama yang sudah diprint disiapkan di sebuah nampan. Romo tidak membacakannya melainkan mendoakan nama-nama itu, memberkati dan membakarnya.
Homili Pembina Rohani
Dalam homilinya Romo Adi membacakan kata pengantar dari buku liturgi peringatan arwah semua orang beriman bahwa:”Cinta kasih kristiani tak mengenal batas serta melampaui batas-batas ruang dan waktu sehingga memungkinkan kita untuk mengasihi mereka yang telah meninggal dunia ini.Sebab itu bukan hanya keyakinan akan api penyucian melainkan juga kewajiban rohani untuk berdoa bagi jiwa-jiwa di api penyucian tetap merupakan bagian dari iman katolik kita.
Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, artikel 51 menegaskan itulah iman yang layak kita hormati pusaka para leluhur kita, iman akan persekutuan hidup dengan saudara-saudara yang sudah mulia di surga atau sesudah meninggal masih mengalami penahiran. Konsili suci ini penuh hikmat menerima iman itu dan menyajikan lagi ketetapan-ketetapan Konsili Suci Nincea II Florensia dan Trente.”
Doa Tradisional .
Romo Adi mengingatkan tentang doa-doa tradisional untuk para arwah terdapat dalam doa rosario yaitu yang pertama “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan (kerahiman-Mu).” Yang kedua:”Moga-moga jiwa-jiwa orang beriman beristirahat dalam ketenteraman karena kerahiman Tuhan.”
Menutup homilinya, Romo Adi mengatakan bahwa:”Tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya manusia ambil bagian dalam kebahagiaan Allah, ambil bagin dalam kesempurnaan Allah, ambil bagian dalam kebaikan Allah, ambil bagian dalam kehidupan Allah, ambil bagian dalam cinta kasih Allah dan seterusnya…
Kalau kita sudah mengambil bagian di dalamnya, kita juga mengajak orang lain untuk mengambil bagian dalam kebaikan Allah, kerahiman Allah, kebahagiaan Allah dan seterusnya.
Dalam perayaan ekaristi ini juga, seluruh anggota ALMA memohon indulgensi penuh untuk arwah para kerabat dengan mendoakan Doa Indulgensi tanggal 1 β 8 November.
Selesai misa para suster dan bruder menuju makam bapak pendiri, Romo Paulus Hendrikus Janssen CM untuk berdoa bersama sekaligus pemberkatan makam dan penaburan bunga.
Moga-moga jiwa-jiwa orang beriman beristirahat dalam ketenteraman karena kerahiman Tuhan. Amin.
Baca juga: Jejak kehidupan
Beristirahatlah dalam damai abadi.doakan kami